Di sisi lain Taman Sari terdapat
sebuah bangunan yang berbentuk lingkaran yang dipergunakan sebagai masjid oleh
warga kraton. Bangunan masjid ini sangat unik karena berbentuk lingkaran dan
berlantai dua dengan pintu yang menyerupai jendela di tiap lantai. Disebut
demikian karena memang letaknya di bawah tanah. Pintu depan berbentuk persegi,
tidak cukup besar, sehingga kita harus menundukkan kepala jika akan masuk.
Setelah masuk nampak lorong bawah tanah yang berbentuk tangga.
Di dalam ruangan yang melingkar tersebut
terdapat tangga untuk naik ke lantai di atasnya. Di bawah tangga terdapat
sebuah sumur yang digunakan sebagai tempat berwudhu, namun sekarang sumur
tersebut sudah ditutup karena dikhawatirkan dapat membahayakan para pengunjung
karena umur bangunan yang sudah sangat tua.
Masjid Taman
Sari atau yang lebih dikenal dengan sebutan Masjid Bawah Tanah,
terletak di dalam kawasan keraton Yogyakarta dan juga merupakan salah satu
fasilitas yang terdapat di komplek Taman sari atau komplek permandian Raja
Yogya.
Masjid bawah tanah ini, memiliki
arsitektur yang unik yaitu berbentuk melingkar dengan rongga-rongga jendela di
masing-masing sisinya. Terdiri dari dua lantai dimana lantai bawah dipakai oleh
jemaah wanita dan lantai atas untuk jemaah pria. Di setiap lantai dapat kita
temui ruangan tersendiri untuk imam yang memimpin solat. Kedua lantai
dihubungkan dengan lima buah tangga yang melintang ditengah-tengah ruangan
masjid tersebut, disertai kolam untuk berwudhu tepat di bawah tangga.
Untuk saat ini tidak tampak lagi masjid tersebut
dipakai untuk berjemaah oleh para umat Islam, lebih digunakan untuk tempat
rekreasi. Dapat dilihat bahwa sekarang ini banyak sekali pengunjung yang
mendatangi kompleks ini untuk berekreasi. Di masjid tersebut juga sudah tidak
terdapat mimbar, sajadah, kubah dan kita juga tahu kolam yang untuk berwudhu
pun sekarang telah ditutup. Hal tersebut dikarenakan takut adanya pengunjung
yang terjatuh kedalam kolam tersebut. Kita tahu bahwa komplek tersebut sekarang
ini penuh dengan pengunjung yang berdatangan baik orang-orang Jogja sendiri,
luar Jogja bahkan mancanegara (bule).
0 komentar:
Posting Komentar